Senin, 27 Februari 2012

GENESA BATUBARA

 
GENESA BATUBARA

Asal-usul Peat (Gambut)
Lapisan  batubara  umumnya  berasal  dari  peat(gambut)  deposit  di  suatu  rawa. Faktor-faktor penting dalam pembentukkan peat:  
* Evolusi perkembangan flora
*  Iklim
* Geografi dan struktur daerah

Evolusi Perkembangan Flora
Batubara tertua yang berumur Hurorian Tengah dari Michigan berasal dari alga dan fungi. Sedangkan pada zaman Devon Bawah dan Atas, batubara kebanyakan berasal dari Psilophites (spt: Taeniocrada decheniana (lower devon)). Kebanyakan batubara dari jaman ini memiliki rata-rata lapisan yang tipis(3-4m) dan  tidak punya nilai ekonomis.

Pada carbon  atas, tumbuhan mulai tinggi-tinggi hingga mencapai ketinggian lebih  dari 30m namun belum seberagam sekarang. Pada jaman ini didominasioleh: Lepidodendron, Sigillaria, Leginopteris oldhamia, Calamitea. Zaman upper carboniferous dikenal sebagai perioda bituminous coal. Lapisan penting batubara  berumur Perm terdapat di USSR, dominan terbentuk dari Gymnosperm cordaites. Pada zaman Mesozoic terutama Jura dan Cretaceous Bawah, Gymnosperm (Ginkcophyta, Cycadophyta dan Cornifers) merupakan tumbuhan penting pembentuk batubara, terutama di Siberia dan Asia Tengah.

Pada rawa-rawa berumur Cretaceous Atas dan Tersier tumbuhan Angiosperm tumbuh dengan pesat di N. America, Europe, Japan dan Australia. Jika dibandingkan dengan tumbuhan pada masa carbon, tumbuhan pada jaman Mesozoic terutama jaman Tersier lebih beragam dan spesifik serta menghasilkan deposit peat yang tebal dan beragam dalam tipe fasiesnya. Perkembangan dan evolusi flora akan berpengaruh pada keragaman jenis dan tipe batubara yang dihasilkan.

Iklim
Pada iklim yang lebih hangat dan basah tumbuhan tumbuh lebih cepat dan beragam. Lapisan-lapisan kaya batubara berumur Carbon Atas, Cretaceous Atas dan Tersier Awal diendapkan pada iklim seperti ini. Namun  pada  hemisphere selatan dan Siberia juga terdapat endapan batubara yang kaya yang diendapakan pada iklim yang sedang hingga dingin, contohnya batubara inter-post glacial Permo carbon gondwana (dari Ganganopteris Glossopteris) dan batubara umur Perm dan Jura Bawah dari Angara konitnen. Lapisan  batubara  yang  diendapkan  pada iklim hangat dan basah biasanya lebih terang dan tebal dibandingkan dengan yang diendapkan pada iklim basah.

Paleogeografi dan Tectonic Requirement
Formasi lapisan tergantung pada hubungan paleogeografi dan struktur pada daerah sedimentasi. Pembentukan peat (gambut) terjadi pada daerah yang depresi permukaan dan memerlukan muka air yang relatif tetap sepanjang tahun diatas atau minimal sama dengan permukaan tanah. Kondisi ini banyak muncul pada flat coastal area dimana banyak rawa yang berasosiasi dengan persisir pantai. Selain itu rawa-rawa juga muncul di darat (shore or inland lakes). Tergantung pada posisi asli geografinya, endapan batubara paralic (sea coast) dan limnic (inland) adalah berbeda. Paralic coal swamps memiliki sedikit pohon atau bahkan tanpa pohon  dan terbentuk diluar distal margin pada delta. Pembentukkannya merupakan  akibat dari regresi dan transgresi air laut. Banyak coastal swamps besar yang berkembang dibawah perlindungan sandbars dan pits sehingga dapat menghasilkan endapan batubara yang tebal.

Klasifikasi Batubara
Klasifikasi batubara secara garis besar dapat dibagi secara umum menjadi dua yaitu kalsifikasi ilmiah dan klasifikasi praktis.

Klasifikasi batubara secara ilmiah
Dalam pengelompokan secara ilmiah tidak dipakai dalam keperluan perdagangan. Klasifikasi ini lebih banyak dipakai pada bidang-bidang dasar yang menyangkut zat asal pembentukan batubara, survei geologi, komposisi dan struktur batubara dan lainnya. Pada tahun 1993, Komite batubara ECE ( Economic Comission for Europe ) mengusulkan suatu pengelompokan seperi pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Klasifikasi Batubara menurut ECE
Peringkat batubara
Jenis batubara
Tingkat refleksi ( R )
Peringkat tinggi
Antrasit
Meta     > 4,0
Orto      2,5 - 4,0
Semi     2,0 - 2,5
Peringkat menegah
Bituminus
Meta     1,4 - 2,0
Orto      1,0 - 1,4
Semi      0,6 - 1,0
Peringkat rendah
Sub bituminus
Lignit
              0,4 - 0,6
              < 0,4

Selain menurut komite Batubara ECE, batubara juga diklasifikasikan menurut ASTM ( American Society for Testing and Material ). Klasifikasi ini didasarkan atas parameter batubara seperti : karbon tertambat ( fixed carbon ), zat terbang ( volatile matter ) dan nilai kalori ( calorific value ).


Klasifikasi batubara secara praktis
Secara praktis batubara berawal dari kebutuhan akan adanya suatu pengelompokan untuk keperluan teransaksi perdagangan, serta dari sisi keperluan penggunaan batubara itu sendiri. Namun secra umum, kandungan zat terbang diambil sebagai acuan baku, dan terdapat kecendrungan yang hampir sama untuk kandungan zat terbang hingga sekitar 30 %. Lebih dari angka ini terdapt perbedaan yang cukup besar antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga umumnya diambil nilai acuan tambahan berupa kandungan air ( moisture ), nilai kalori dan sebagainya.

Karakteristik Batubara menurut klasifikasinya
Berdasarkan karakteristinya batubara dibagi menjadi lignite, sub-bituminus, bituminus dan antrasit.

Lignite
Dalam klsifikasi batubara ini merupakan batubara dengan tingkat pembatubaraan yang paling rendah dan berwrna coklat atau colkat kehitaman. Kandungan air dan zat terbangnya tergolong tinggi. Pada klasifikasi internasional, batubara ini didefinsikan memiliki nilai kaloro < 5700 Kcal / Kg. Penggunaan batubara ini umunya sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik. Namun karena kandungan airnya tinggi maka adakalanya diperlukan proses dewatering terlebih dahulu. Dari sisi lain batubara ini dalam keadaan kering mudah sekali menimbulkan gejala terjadinya swabakar.

Batubara Sub-bituminus
Pada klasifikasi ini mengalami tingkat pembatubaaraan yang lebih tinggi dari lignit, namun masih lebih rendh dibandingkan batubara bituminus. Dibanding batubara bituminus, kandungan zat terbangnya cukup tinggi dengan nilai kalori yang masih tergolong rendah, namun di sisi lain pemakaian, jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan batubara bituminus.



Batubara bituminous
Batubara ini mengalami tingkat pembatubaraan yang lebih tinggi dari batubara sub-bituminus, namun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan antrasit. Kandungan zat terbangnya sekitar 20-40 % yang merupakan suatu rentang yang cukup besar. Selain dipakai sebagai bahan baku pembuatan kokas, batubara ini dipkai pula sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

Batubara Antrasit
Batubara ini memilii tingkat pembatubaraan yang lebih tinggi dibandingkan dengan batubara bituminus. Kandungan zat terbangnnya paling kecil dan reaktifitas saat pembakaran tergolong relatif rendah. Penggunaan batubara jenis ini, dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan material karbon, briket dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar