GENESA BATUBARA
Asal-usul Peat (Gambut)
Lapisan batubara
umumnya berasal dari
peat(gambut) deposit di
suatu rawa. Faktor-faktor penting
dalam pembentukkan peat:
* Evolusi perkembangan
flora
* Iklim
* Geografi dan struktur
daerah
Evolusi Perkembangan
Flora
Batubara tertua yang
berumur Hurorian Tengah dari Michigan
berasal dari alga dan fungi. Sedangkan pada zaman Devon Bawah dan Atas,
batubara kebanyakan berasal dari Psilophites (spt: Taeniocrada decheniana
(lower devon)). Kebanyakan batubara dari jaman ini memiliki rata-rata lapisan
yang tipis(3-4m) dan tidak punya nilai
ekonomis.
Pada carbon atas, tumbuhan mulai tinggi-tinggi hingga mencapai
ketinggian lebih dari 30m namun belum
seberagam sekarang. Pada jaman ini didominasioleh: Lepidodendron, Sigillaria,
Leginopteris oldhamia, Calamitea. Zaman upper carboniferous dikenal sebagai
perioda bituminous coal. Lapisan penting batubara berumur Perm
terdapat di USSR,
dominan terbentuk dari Gymnosperm cordaites. Pada zaman Mesozoic terutama Jura
dan Cretaceous Bawah, Gymnosperm (Ginkcophyta, Cycadophyta dan Cornifers) merupakan
tumbuhan penting pembentuk batubara, terutama di Siberia
dan Asia Tengah.
Pada rawa-rawa berumur
Cretaceous Atas dan Tersier tumbuhan Angiosperm tumbuh dengan pesat di N.
America, Europe, Japan dan Australia.
Jika dibandingkan dengan tumbuhan pada masa carbon, tumbuhan pada jaman
Mesozoic terutama jaman Tersier lebih beragam dan spesifik serta menghasilkan
deposit peat yang tebal dan beragam dalam tipe fasiesnya. Perkembangan dan
evolusi flora akan berpengaruh pada keragaman jenis dan tipe batubara yang
dihasilkan.
Iklim
Pada iklim yang lebih
hangat dan basah tumbuhan tumbuh lebih cepat dan beragam. Lapisan-lapisan kaya
batubara berumur Carbon Atas, Cretaceous Atas dan Tersier Awal diendapkan pada
iklim seperti ini. Namun pada hemisphere selatan dan Siberia juga terdapat
endapan batubara yang kaya yang diendapakan pada iklim yang sedang hingga
dingin, contohnya batubara inter-post glacial Permo carbon gondwana (dari
Ganganopteris Glossopteris) dan batubara umur Perm
dan Jura Bawah dari Angara konitnen.
Lapisan batubara yang
diendapkan pada iklim hangat dan
basah biasanya lebih terang dan tebal dibandingkan dengan yang diendapkan pada
iklim basah.
Paleogeografi dan
Tectonic Requirement
Formasi lapisan tergantung
pada hubungan paleogeografi dan struktur pada daerah sedimentasi. Pembentukan
peat (gambut) terjadi pada daerah yang depresi permukaan dan memerlukan muka
air yang relatif tetap sepanjang tahun diatas atau minimal sama dengan
permukaan tanah. Kondisi ini banyak muncul pada flat coastal area dimana banyak
rawa yang berasosiasi dengan persisir pantai. Selain itu rawa-rawa juga muncul
di darat (shore or inland lakes). Tergantung pada posisi asli geografinya,
endapan batubara paralic (sea coast) dan limnic (inland) adalah berbeda.
Paralic coal swamps memiliki sedikit pohon atau bahkan tanpa pohon dan terbentuk diluar distal margin pada delta.
Pembentukkannya merupakan akibat dari
regresi dan transgresi air laut. Banyak coastal swamps besar yang berkembang
dibawah perlindungan sandbars dan pits sehingga dapat menghasilkan endapan
batubara yang tebal.
Klasifikasi Batubara
Klasifikasi
batubara secara garis besar dapat dibagi secara umum menjadi dua yaitu
kalsifikasi ilmiah dan klasifikasi praktis.
Klasifikasi batubara secara ilmiah
Dalam
pengelompokan secara ilmiah tidak dipakai dalam keperluan perdagangan.
Klasifikasi ini lebih banyak dipakai pada bidang-bidang dasar yang menyangkut
zat asal pembentukan batubara, survei geologi, komposisi dan struktur batubara
dan lainnya. Pada tahun 1993, Komite batubara ECE ( Economic Comission for Europe ) mengusulkan suatu pengelompokan seperi pada
tabel di bawah ini.
Tabel
1. Klasifikasi Batubara menurut ECE
Peringkat
batubara
|
Jenis batubara
|
Tingkat
refleksi ( R )
|
Peringkat
tinggi
|
Antrasit
|
Meta > 4,0
Orto 2,5 - 4,0
Semi 2,0 - 2,5
|
Peringkat
menegah
|
Bituminus
|
Meta 1,4 -
2,0
Orto 1,0 - 1,4
Semi 0,6 - 1,0
|
Peringkat
rendah
|
Sub bituminus
Lignit
|
0,4 - 0,6
< 0,4
|
Selain menurut
komite Batubara ECE, batubara juga diklasifikasikan menurut ASTM ( American
Society for Testing and Material ). Klasifikasi ini didasarkan atas parameter
batubara seperti : karbon tertambat ( fixed carbon ), zat terbang ( volatile
matter ) dan nilai kalori ( calorific value ).
Klasifikasi batubara secara praktis
Secara praktis
batubara berawal dari kebutuhan akan adanya suatu pengelompokan untuk keperluan
teransaksi perdagangan, serta dari sisi keperluan penggunaan batubara itu
sendiri. Namun secra umum, kandungan zat terbang diambil sebagai acuan baku, dan terdapat
kecendrungan yang hampir sama untuk kandungan zat terbang hingga sekitar 30 %.
Lebih dari angka ini terdapt perbedaan yang cukup besar antara yang satu dengan
yang lainnya, sehingga umumnya diambil nilai acuan tambahan berupa kandungan
air ( moisture ), nilai kalori dan sebagainya.
Karakteristik Batubara menurut
klasifikasinya
Berdasarkan
karakteristinya batubara dibagi menjadi lignite, sub-bituminus, bituminus dan
antrasit.
Lignite
Dalam klsifikasi
batubara ini merupakan batubara dengan tingkat pembatubaraan yang paling rendah
dan berwrna coklat atau colkat kehitaman. Kandungan air dan zat terbangnya
tergolong tinggi. Pada klasifikasi internasional, batubara ini didefinsikan
memiliki nilai kaloro < 5700 Kcal / Kg. Penggunaan batubara ini umunya
sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik. Namun karena kandungan airnya tinggi
maka adakalanya diperlukan proses dewatering terlebih dahulu. Dari sisi lain
batubara ini dalam keadaan kering mudah sekali menimbulkan gejala terjadinya
swabakar.
Batubara
Sub-bituminus
Pada klasifikasi
ini mengalami tingkat pembatubaaraan yang lebih tinggi dari lignit, namun masih
lebih rendh dibandingkan batubara bituminus. Dibanding batubara bituminus,
kandungan zat terbangnya cukup tinggi dengan nilai kalori yang masih tergolong
rendah, namun di sisi lain pemakaian, jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan
batubara bituminus.
Batubara
bituminous
Batubara ini
mengalami tingkat pembatubaraan yang lebih tinggi dari batubara sub-bituminus,
namun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan antrasit. Kandungan zat
terbangnya sekitar 20-40 % yang merupakan suatu rentang yang cukup besar.
Selain dipakai sebagai bahan baku
pembuatan kokas, batubara ini dipkai pula sebagai bahan bakar pembangkit
listrik.
Batubara Antrasit
Batubara ini
memilii tingkat pembatubaraan yang lebih tinggi dibandingkan dengan batubara
bituminus. Kandungan zat terbangnnya paling kecil dan reaktifitas saat
pembakaran tergolong relatif rendah. Penggunaan batubara jenis ini, dapat
dipakai sebagai bahan baku
pembuatan material karbon, briket dan lain-lain.