2 DASAR TEORI
2.1. Mekanisme Pecahnya Batuan12)
Dalam proses
pecahnya batuan, batuan mengalamai beberapa tahapan yang berlangsung singkat. Perlu ditekankan bahwa sifat mekanis dalam
batuan memiliki rekahan seperti yang sering dijumpai. Dalam proses pecahnya
batuan yang berlangsung singkat itu dapat digolongkan beberapa tahapan yakni:
1. Tahap Pertama
Pada saat bahan
peledak mengalami ledakan maka akan timbul tekanan yang sangat tinggi dan akan
memecahkan batuan sekitar lubang tembak. Gelombang kejut yang ditimbulkan akan
merambat dengan kecepatan sangat tinggi dan mengakibatkan terjadinya tekanan
tangensial yang akan menimbulkan rekahan radial sekitar lubang tembak dan
merambat kearah luar lubang tembak tersebut.
Gambar 2.1. Proses pemecahan
batuan pada peladakan tahap I
2. Tahap Kedua
Tekanan akibat
gelombang kejut yang merambat meninggalkan lubang tembak tersebut yang memiliki
muatan positif, apabila mencapai bidang bebas free face akan dipantulkan. Bersamaan dengan itu akan terjadi penurunan tekanan dan akan berubah
menjadi energi yang bermuatan negative. Karena batuan memiliki tahanan yang
lebih kecil dari energi yang ditimbulkan oleh bahan peledak tersebut maka
timbullah rekahan-rekahan.
Expanding bor
hole (lubang bor membesar
karena tekanan yang keluar)
Gambar 2.2. Proses pemecahan
batuan pada peladakan tahap II
3. Tahap Ketiga
Dibawah tekanan yang besar akibat peledakan maka
rekahan-rekahan tersebut akan diperlebar secara cepat. Apabila batuan yang
terkena tekanan dari energi tersebut tidak mampu untuk menahan energi yang
timbul akibat terjadinya ledakan tersebut, maka akan mengalami pecah, dan
energi akan terus dialirkan melalui rongga-rongga batuan yang telah terpecahkan
tadi. Energi akan terus dialirkan hingga batuan dapat menahan energi yang
ditimbulkan oleh energi ledak tersebut. Apa bila energi tidak dapat lagi
menembus batuan, energi itu akan menurun dan berangsur habis dalam waktu yang
cukup singkat.
Gambar 2.3. Proses pemecahnya batuan pada peladakan tahap III
2.2 Pola Pemboran
Tujuan dari pekerjaan pemboran adalah membuat
lubang tembak sebagai tempat isian bahan peledak. Salah satu keberhasilan peledakan batuan sangat
ditentukan oleh susunan lubang tembak.
Untuk melakukan pembongkaran batuan perlu diperhatikan
beberapa variabel yaitu :
¨ Variabel-variabel
yang dapat dikontrol seperti bahan peledak, geometri peledakan.
¨ Variabel-variabel
yang tidak dapat dikontrol seperti sifat fisik batuan dan keadaan cuaca.
Pola pemboran lubang tembak yang biasanya digunakan
pada tambang terbuka yaitu :
¨ Square
Pattern (pola bujur
sangkar) yaitu pola jarak antar burden
dan spacing sama dimana letak baris
pertama dan kedua sejajar.
¨ Rectangular
Pattern (pola persegi
panjang) dimana letak jarak spacing
lebih panjang dari jarak burden.
¨ Staggered
Pattern (pola selang
seling) dimana letak baris pertama dan kedua tidak sejajar atau selang seling
tujuannya agar distribusi energi peledakan lebih merata.
Gambar 2.4. pola pemboran bujur sangkar sqare
pattern
Gambar 2.5. Pola Pemboran Persegi Panjang Rectangular Pattern
2.2.1. Arah Pemboran13)
Untuk menentukan arah lubang bor yang akan
diterapkan, maka terlebih dahulu ditinjau arah lubang bor vertikal maupun arah lubang bor dengan kemiringan tertentu. Lubang
bor vertikal adalah lubang yang tidak memiliki sudut kemiringan terhadap bidah
horizontal. Lubang bor miring adalah lubang yang memiliki sudut kemiringan
tertentu terhadap bidang horizontal.
Pemboran Vertikal
Keuntungannya :
-
Pada ketinggian jenjang yang sama, maka kedalaman
lubang bor vertikal lebih pendek dari
lubang bor miring sehingga membutuhkan waktu pemboran yang relatif cepat.
-
Untuk menempatkan alat bor pada posisi yang akan di bor
tidak memerlukan ketelitian yang cermat sehingga membutuhkan waktu yang cepat.
-
Pelemparan batuan yang lebih dekat
Kerugiannya :
-
Mudah
terjadi longsoran pada jenjang
-
Adanya
bongkahan besar dari hasil peledakan
-
Terjadi tonjolan pada lantai jenjang
Gambar 2.6. Arah Lubang Bor Vertikal
Pemboran Miring
Keuntungannya :
-
Memperkecil bahaya longsoran pada jenjang
-
Memperbaiki fragmentasi
batuan
-
Hasil peledakan yang lebih rata
Kerugiannya :
-
Pelemparan batuan lebih jauh (fly rock)
-
Pada ketinggian jenjang yang sama, maka kedalaman
lubang bor vertikal yang sama dibuat
lebih panjang dari lubang bor vertikal,
sehingga membutuhkan waktu pemboran yang relatif lebih lama.
-
Mempunyai permukaan yang tidak rata
Gambar 2.7. Arah Lubang Bor
Miring
2.3.
Pola Peledakan
Peledakan jenjang biasanya dilakukan
dengan memakai lubang bor vertikal atau miring (lihat gambar 2.6 dan 2.7).
Lubang bor diatur dalam suatu deret atau beberapa deretan, sejajar atau searah
bidang bebas (free face).
Batuan yang diledakkan akan pecah
apabila kekuatan ledak melampaui kekuatan batuan itu. Yang perlu diamati pada
daerah yang akan diledakkan adalah jenis batuan, kondisi geologi (kekar,
perlapisan, dll) dan kondisi di lapangan. Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Box
Cut, yaitu pola peledakan
yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk kotak.
2. ”V”
Cut, yaitu pola peledakan
yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk V.
3. Corner
Cut, yaitu pola peledakan
yang arah runtuhan batuannya kesalah satu sudut dari bidang bebasnya.
Gambar 2.8. Pola Peledakan Berdasarkan Arah Runtuhan Batuan
Berdasarkan urutan waktu peledakan maka pola
peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pola peledakan serentak, yaitu pola
peledakan yang menerapkan peledakan serentak untuk semua lubang tembak.
2. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola
yang menerapkan peledakan dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan yang
lainnya atau memakai detonator yang memiliki delay antara row yang satu dengan
row yang lainnya.
Untuk mendapatkan hasil optimal (fragmentasi yang
baik), peledakan yang disarankan dalam suatu kali peledakan terdiri dari 2 - 3
baris dan umumnya dilakukan sebanyak tiga baris. Cara peledakan yang
biasa digunakan adalah box cut dan corner cut. Box cut adalah cara peledakan yang dimulai dibagian tengah dari satu
jenjang dan mempunyai dua bidang bebas. Corner
cut adalah cara peledakan dimulai dari tepi suatu jenjang dan mempunyai
tiga bidang bebas.
2.3.1. Geometri Peledakan2)
Dalam suatu
proses peledakan, geometri peledakan seperti burden, spacing, stemming, kedalaman
lubang tembak, subdrilling, tinggi jenjang dan bahan peledak merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan. Namun bukan hanya faktor
tersebut yang turut mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan, susunan (pola)
peledakan juga turut mempengaruhi. Serta hal yang sering diabaikan oleh seorang
juru ledak dalam menentukan geometri peledakan seperti kekar (bidang
diskontinitas), hal ini juga turut mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan.
2.3.1.1. Burden (B)
Burden (B)
didefenisikan sebagai jarak lubang bor terhadap bidang bebas (freeface). Jarak burden diukur dengan
menggunakan meteran. Dimana dalam
penentuan besarnya nilai burden dihitung dengan menggunakan rumusan2):
Burden (B) = (menurut
rumusan RL-Ash)………………..2.1)
Kb = kbstd x AF1 x AF2
AF1 =
AF2 =
Keterangan;
B = Burden
Kb = Perbandingan burden
De = Diameter lubang tembak
Kbstd = Burden ratio standart 30
AF
1 = Faktor koreksi karena batuan
AF2 = Faktor koreksi karena bahan peledak
Dstd = Kerapatan batuan standart 160
lb/cuft
D = Kerapatan batuan yang diledakkan
SG = Berat jenis bahan peledak yang dipakai
SGstd = Berat jenis bahan peledak standart 1.2
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak yang
dipergunakan
Ve std = Kecepatan detonasi bahan peledak
standart 12000 ft/sec
2.3.1.2. Spacing (S)
Spacing adalah jarak antara lubang-lubang
tembak yang dirangkai dalam satu baris dan diukur sejajar terhadap ”pit wall”.
Biasanya spacing tergantung kepada burden, kedalaman lubang bor, letak
primer”delay” dan arah struktur bidang batuan. Nilai spacing secara umum
ditentukan dengan menggunakan rumusan2):
S = Ks x B............................................................................................................2.2)
Besarnya ks menurut waktu yang dipengaruhi
adalah sebagai berikt:
¨
”long interval delay” Ks = 1,00
¨
“short priod delay” Ks = 1-2
¨
Normal Ks
= 1,2 – 1,8
2.3.1.3. Stemming (T)
Stemming adalah
panjang lubang tembak yang tidak diisi dengan bahan peledak, namun diisi dengan
material pengisi yang berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi blow out serpih batuan melayang. Nilai stemming dapat diperhitungkan dengan
rumusan2):
T = Kt x B............................................................................................................2.3)
T = 0.7 – 1.22 x B
2.3.1.4. Subdrilling (J)
Subdrilling merupakan penambahan kedalaman lubang
bor dibawah lantai jenjang. Subrilling berfungsi untuk menghindari tonjolan
pada lantai jenjang.
Subdrilling dapat diperhitungkan dengan rumusan2);
J = 0.2 – 0.4 x
B………………………………………………………………2.4)
2.3.1.5.
Kedalaman Lubang Tembak (K)
Pemboran
merupakan kegiatan yang umum dilakukan dalam kegiatan peledakan atau
pertambangan, di PT bukit sunur tepatnya di daerah Seluang dilakukan pemboran
tidak bersudut vertical, dengan
kedalaman rata-rata 5.4 M. kedalaman lubang tembak dapat dihitung dengan11);
K = 1.5 – 4 x B………………………………………………………………….2.5)
2.3.1.6.
Panjang Kolom Isian
Panjang kolom isian
merupakan panjang lubang ledak yang diisi dengan bahan peledak, panjang kolom
isian dapat dihitung dengan rumusan11):
Pc = K – S………………………………………………………………………2.6)
2.3.1.7.
Tinggi Jenjang (H)
Dalam melakukan
peledakan, P T Bukit Sunur tidak menentukan nilai tingi jenjang, hal ini
dikarenakan relief permukaan daerah
yang diledakkan relative berbeda. Dalam peledakan tinggi jenjang rata-rata 4.7
M. nilai ketinggian jejang dapat dihitung dengan menggunakan rumusan11):
H
= kedalaman lubang tembak – subdrilling…………………………………...2.7)
2.3.1.8.
Jumlah Lubang Tembak Dan Jumlah Baris (Σrow)
Banyaknya lubang
tembak yang akan diledakkan tergantung dengan kebutuhan peledakan dimana hal
ini dapat diperhitungkan sedemikian rupa, dimana kebutuhan jumlah lubang tembak
bergantung kepada luas areal yang akan diledakkan dan kebutuhan produksinya.
2.3.1.9.
Jumlah Bahan Peledak
Bahan peledak
yang digunakan PT Bukit Sunur adalah ANFO (Ammonium Nitrat Fuel Oil), sebagai
bahan peledak awal digunakan dynamite dengan menggunakan detonaor nonel (Non
Electric). Jumlah ANFO yang digunakan
tiap lubang tembak tergantung kepada kedalaman dan diameter lubang tembak.
Sedangkan jumlah dynamite yang digunakan dapat diperhitungkan dari jumlah
lubang tembak yang digunakan, secara umum dynamite 1 Kg (dalam bentuk dodol)
dibagi jadi 4 (empat) bagian, tiap lubang tembaknya diberikan masing-masing
0.25 Kg.
2.3.1.10.
Blasting ratio11)
Blasting ratio merupakan nilai perbandingan total
bahan peledak dengan volume batauan yang terbongkar. Volume batuan yang
terbongkar terdiri dari burden, spacing, jumlah baris dan jumlah lubang tembak,
dengan kata lain blasting ratio dipengaruhi oleh jumlah lubang tembak, secara
umum blasting ratio bernilai 0.68 Kg/m3. atau perhitungan nilai
blasting ratio dapat diperkirakan dengan rumusan11):
…………………………………………………….…2.8)
Keterangan:
Σrow :
Jumlah baris
B :
Burden
S : Spacing
N : Jumlah lubang tembak dalam satu baris
k : Tinggi jenjang
2.3.1.11.
Jumlah Lubang Tambahan (Lt)
Jumlah lubang
tambahan dapat diketahui dari jumlah lubang tembak. Dimana lubang tambahan
dapat diketahui dengan mengurangkan jumlah lubang keseluruhan terhadap jumlah
lubang yang seharusnya menurut perhitungan rumusan yang dipergunakan
2.3.1.12.
Bidang Diskontinitas (Kekar)11
Untuk mengetahui
arah kekar, perlu dilakukan pengukuran kekar di areal yang akan dilakukan
peledakan. Dalam pengukuran arah
kekar dan kerapatan kekar dilakukan dengan menggunakan kompas dan meteran.
Dimana dalam sekali peledakan diambil 10 data kekar yang dianggap dapat mewakili
dari data kekar pada daerah yang akan dilakukan peledakan.
Table 2.1. Table Klasifikasi Jarak Antar Kekar
Menurut DEERE
Klasifikasi
|
Jarak
antar kekar
|
Keterangan
|
Sangat
lebar
|
>
3 m
|
Padat
|
Lebar
|
1
- 3 m
|
Massif
|
Cukup
dekat
|
0.3
– 1 m
|
Blocky/seamy
|
Dekat
|
50
– 300 mm
|
Terpecah
|
Sangat
rapat
|
<
50 mm
|
Hancur
dan tersebar
|
2.4. Statistik Multivariat1)
Statistik multivariate multiveriate analisis of variance merupakan analisis yang hampir
sama dengan analisis variance variabel
tunggal, letak perbedaan yang signifikan hanya terletak pada jumlah variabel
tak bebasnya. Dalam pengolahan data dengan anova, kita hanya menggunakan satu
variabel terikat, sedangkan dalam multivariate kita mengambil dua atau lebih
variabel terikat. Sebagai contoh, dalam anova kita ingin melihat pengaruh pasar
terhadap harga Batu Bara (apakah ada perbedaan harga batu bara di lima
perusahaan di Indonesia). Dalam
manova, yang ingin kita ketahui rata-rata harga, rata-rata modal perusahaan,
rata-rata hasil penjualan batu bara. Di simbolkan (Y1 = harga, Y2=modal
perusahan, Y3= modal perusahaan yang bersangkutan).
Jika dalam anova, hipotesis nol (H0)
mengatakan tidak ada perbedaan rata-rata variabel tak bebas Y dalam kelompok
yang berbeda. Maka dalam manova, hipotesis nol (H0) mengatakan tak ada
perbedaan rata-rata pada banyak variabel tak bebas Y. Manova dapat dipergunakan
apabila terdapat lebih dari satu variabel tak bebas Y.
2.4.1. Statistik Dasar
Statistik yang
merupakan dasar dari pemahaman statistika yang berupa nilai minimum, nilai maksimum,
nilai tengah dan rata-rata.
2.4.1.1. Nilai Minimum.
Merupakan nilai yang
menujukan nilai terendah dari tiap–tiap variabel.
2.4.1.2. Nilai
maksimum.
Merupakan nilai yang
menujukan nilai tertinggi dari tiap–tiap variabel.
2.4.1.3. Nilai
tengah (range).
Merupakan nilai dari perhitungan
statistik yang menunjukan nilai tengah dari variabel.
2.4.1.4. Nilai
rata-rata (mean).
Merupakan nilai dari
perhitungan statistik yang menunjukan nilai rata-rata dari variabel.
2.4.1.5. Simpangan baku.5)
Ukuran simpangan yang paling banyak
digunakan adalah simpangan baku atau standar deviasi. Pangkat dua dari
simpangan baku dinamakan varians.
Untuk sampel, simpangan baku akan diberi simbol s sedangkan untuk populasi
diberi simbol σ (baca sigma).
Variansnya tentulah s untuk varians
populasi. Jelasnya, s dan s2 merupakan statistik sedangkan σ dan σ2
parameter 5).
Jika kita mempunyai sampel berukuran n
dengan data x1, x2, ... xn dan x, maka
statistik s2 dihitug dengan :
Rumus : S2 = ..........................................................2.9)
Untuk mencari simpangan baku S, dari S2
diambil harga akarnya yang positif.
2.4.1.6. Kovarian
Bicara tentang kofarian, kita harus tahu dulu definisi dari varian. Varian adalah
Perkiraan nilai penyimpangan variabel jika
variabel tersebut diambil secara acak.
Kofarian
adalah kumpulan dari
beberapa varian yang menjadi nilai
pembanding komponen varian yang lain. Berikut rumus perhitungan kofarians :
Kofarians
(R) = ...............................................................................2.10)
2.4.1.7. Distribusi data standart
(normal)
Seperti biasa kita mempunyai populasi
berukuran N. Diambil dari sampel - sampel acak berukuran N, lalu untuk tiap-tiap
sampel dihitung simpangan bakunya, yaitu S. Dari kumpulan ini sekarang
dapat dihitung rata-ratanya, diberi
simbol μs dan simpangan bakunya, diberi simbol σs.
Jika populasi berdistribusi normal atau
hampir normal, maka distribusi simpangan baku, untuk n besar biasanya n 100, sangat mendekati
distribusi normal dengan trasformasi yang diperlukan untuk membuat distribusi
menjadi normal baku adalah :
Rumus :
= .............................................................................2.11)
Dimana :
z
= data normal
S = data
= rata-rata data
= simpangan baku
2.4.2
Statistika
Inverensia5)
Statistik Inverensia adalah statistik yang
digunakan untuk menginterpretasikan nilai-nlai data setelah dioperasikan oleh
operator matematik. Jika suatu populasi yang mempunyai rata-rata μ dan variance σ.
μ
= EX , σ2
= E ……………………………2.12)
μ dan σ2 tidak diketahui, dan kita ingin
mengetahui nilainya. Hal tersebut hádala masalah estimasi dari μ dan σ2. Satu solusi akan melihat semua
individu dari populasi, dengan percatan lain realisasi 100% dari suatu uji,
tetapi operasi ini secara praktis tidak dapat dilaksanakan pada uji destruktif,
atau populasi yang Sangat besar sampai tak terhingga 7).
Kita akan mengambil suatu
contoh, dan statistik inverensia akan memberikan informasi yang berlaku untuk
populasi dari data contoh :
Contoh
|
Populasi
|
M
|
μ
|
S2
|
σ2
|
Persoalannya adalah mengetahui M dan S2, rata-rata dan variance dari contoh, untuk
mengetimasi nilai μ dan σ2. Berdasarkan masalah yang ditimbulkan oleh
contoh harus dapat mewakili populasi, yang diambil secara acak, dan kita dapak
mengkoreksi kesalahan dengan menunjukkan bahwa estimasi terbaik kita notasikan μ* dari rata-rata μ untuk suatu populasinya adalah
rata-rata M dari contoh kesalahan
adalah d = μ* - μ ,
objektifnya dengan mengetahui kesalahan ini.
2.4.2.1. Analisa nilai komponen utama
(Score Component Value).5)
Analisa komponen utama yang digunakan
untuk mereduksi variabel bukan merupakan akhir dari suatu proses penelitian,
tetapi lebih merupakan tahap antara kebanyakan penelitian yang bersifat lebih
luas. Melalui analisa skor komponen sebagai masukan dalam pengelompokan.
Andaikan dimiliki P buah variabel asal X,
yaitu X1, X2,X3,...Xp dimana diambil asumsi
sebagai berikut :
X ~ Np(X1,X2,X3,...Xp.)................................................2.13)
Komponen utama pertama mampu menerangkan
variansi data terbesar sehingga Var (Y1) = dan kovarians antara
masing-masing komponen utama = 0. Artinya, komponen utama saling berkorelasi.
Komponen utama pertama adalah kombinasi linier terbobot variabel asal yang
dapat menerangkan keragaman terbesar, demikian seterusnya untuk komponen utama
yang lain. Total varian data yang mampu diterangkan oleh setiap komponen utama
adalah proporsi antara akar ciri , komponen tersebut terhadap jumlah akar ciri atau trace
matriks kovarians yang dirumuskan sebagai berikut :
Yo
= o . Z1 +o. Z2 + o . Zn............................................................................................2.14)
Dalam pemilihan komponen utama, dari P buah
komponen yang ada dipilih K komponen utama yang mampu menjelaskan keragaman
data cukup tinggi, misalkan sekitar 80% - 90% keragaman total telah mampu
diterangkan oleh satu, dua, atau tiga komponen yang pertama, maka
komponen-komponen utama itu telah dapat mengganti P buah variabel asal tanpa
mengurangi informasi yang banyak. Meskipun tidak ada aturan yang pasti,
biasanya yang dapat digunakan sebagai wakil untuk menerangakan keragaman adalah
komponen utama yang memiliki nilai akar ciri minimal = 1 atau dengan kata lain.
Dengan pertimbangan, komponen utama memiliki nilai ciri di bawah 1, kontribusi
dalam menerangkan keragaman data sangat kecil.
2.4.3. Manfaat Analisis Multivariat.6)
Analisis multivariat bermanfaat untuk mencari
nilai-nilai pengaruh dari beberapa variabel yang saling mempengaruhi. Sebagai
contoh, kita dapat mengambil dua variabel X, Y. kita perlu mengetahui berapa
besar X mempengaruhi Y, Y dipengaruhi X, Y tergantung pada X. manfaatnya untuk
mengetahui berapa perubahan X terhadap Y, apabila X naik satu unit, atau untuk
mengetahui berapa perubahan Y apabila X naik satu unit dan untuk menormalkan Y.
Perlu diketahui bahwa faktor penyebab perubahan Y bukan hanya X, tetapi masih
ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi. Jika kita ingin mengetahui
pengaruh lebih dari suatu variabel bebas, kita harus menggunakan analisis
korelasi dan regresi linier berganda.
Secara simpul, kita dapat menyimpulkan manfaat
dari analisis multivariat untuk:
- Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel bebas (yang tercakup dalam persamaan) terhadap variabel tak bebas.
- Untuk meramalkan nilai variabel tak bebas Y, jika seluruh variabel bebasnya telah diketahui nilainya dan semua koefisien regresi parsial telah dihitung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar